wimeindonesia.id – Khoiria Oktaviani lahir di sebuah desa di lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Lahir di tengah keluarga besar petani tak mengurungkan niatnya untuk menimba ilmu setinggi-tingginya. Tamat SMA, ia meneruskan pendidikan S1-nya di Yogyakarta, mengambil kuliah di dua jurusan sekaligus, Ilmu Kimia di Universitas Islam Indonesia dan Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada.
Setelah bergabung sebagai ASN di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Khoiria berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa Monbukagakusho untuk melanjutkan studi S2 di jurusan Agro-Bioresources Engineering di Tsukuba University, Jepang.
Khoiria mengakui, dalam perjalanan karir menjadi abdi negara di Kementerian ESDM, beberapa tantangan dihadapinya, mulai dari menghadapi berbagai stakeholders, manajemen waktu, hingga karakter pimpinan yang berbeda-beda. Meskipun demikian, Khoiria bisa dibilang berhasil menghadapi tantangan-tantangan tersebut yang dibuktikannya dengan prestasi kerja, promosi dan penghargaan yang diperolehnya.
Empat tahun terakhir, ia tergabung di Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (Biro KLIK) sebagai Communication Manager. Bersama tim Biro KLIK inilah satu demi satu penghargaan Public Relation (PR) diraihnya. Terakhir, dua tahun berturut-turut Departemen PR Kementerian ESDM mencatatkan diri sebagai Departemen PR Terbaik Kementerian/Lembaga di Indonesia, di samping beberapa penghargaan lainnya. Khoiria mencoba untuk menghadirkan inovasi baru pada Pemerintahan yang acapkali dianggap kaku oleh sebagian masyarakat. Ia pun selalu memberikan kesempatan kepada anggota timnya untuk berkembang dengan memberi tugas yang sesuai dengan passion-nya.
Menurut Khoiria, pencapaian terbesarnya adalah kisah dalam membangun tim hingga seperti saat ini. Ia mengaku untuk bisa memiliki tim yang solid, dibutuhkan perjuangan yang tak kenal lelah, juga komitmen untuk terus bekerja bersama dan saling melengkapi. Tak heran apabila kemudian Khoiria dipercaya sebagai Project Overseer Program APEC sektor ESDM di Indonesia selama 2 tahun berturut-turut.
Untuk bisa mencapai semua ini, Khoiria dan suaminya yang bekerja sebagai dosen di universitas di Jakarta bekerja sama untuk berusaha menyeimbangkan kehidupan keluarga dan karir. Menurutnya, manajemen waktu menjadi hal penting untuk dapat selalu fokus pada tiap tugas yang dijalani, baik saat di rumah maupun di kantor.
Di tengah kesibukannya, Khoiria meluangkan waktu untuk menikmati hobinya, travelling dan menulis. Tulisannya terkait sektor energi beberapa kali dimuat di media massa. Khoiria juga pernah menjadi mentor di beberapa organisasi, salah satunya di Sahabat Anak Cijantung. Di tempat tersebut, selain menjadi mentor belajar bagi anak-anak marginal di Pasar Induk Kramat Jati, ia juga mengajar menari.
Sosok Kartini adalah tokoh inspirasi bagi Khoiria. Kisah perjuangan Kartini menunjukkan padanya bahwa perempuan berhak untuk mendapatkan pendidikan dan meraih hal yang sejajar dengan para laki-laki. Ayahnya-lah yang terus memberi memotivasi untuk berpendidikan tinggi. Baginya, kesempatan menuntut ilmu tidak boleh disia-siakan, terus berkembang dan berani keluar dari zona nyaman.
Sebagai ASN, Khoiria ingin apa yang dikerjakannya juga berdampak langsung pada orang-orang di sekelilingnya. Salah satunya dengan menjadi Program Manager dari Program Kampus Merdeka Kementerian ESDM bertajuk Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (GERILYA), sebuah studi independen setara 20 sks yang bisa diikuti mahasiswa di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, berbagai program volunteer terkait isu energi dan sumber daya mineral ia rancang bersama timnya. Mulai kegiatan Belajar Bareng Minergi (BBM), wadah aspirasi anak muda pemerhati sektor ESDM melalui Ruang Bicara Energi dan Energi Kolaborasi, termasuk juga memberikan pendampingan bagi startup-startup di sektor renewable energy.
Melalui program mentoring WiME, Khoiria berharap dapat berbagi pengalamannya menjadi perempuan yang terjun pada bidang pertambangan dan energi. Ia juga ingin menunjukkan bahwa sebagai abdi negara pun, ia bisa tetap melakukan kecintaannya, agar bisa lebih berdampak untuk sesama.
Penulis: Nabilah Afifah Habni Harahap
Editor: Safura Herlusia